Penjaga gawang memang posisi yang tidak seglamor posisi lainnya di dalam sepakbola.
Lingkup daerahnya yang hanya terbatas pada gawang dan kotak penalti
membuatnya hanya menjadi pusat perhatian saat timnya diserang, atau
kala ia membuat kesalahan yang mengakibatkan kekalahan.
Namun bukan berarti kiper harus dipandang
sebelah mata. Belakangan beberapa kiper juga sudah membuktikan kalau
mereka juga bisa membuat posisi itu menjadi menarik dan atraktif. Sebut
saja kiper Meksiko Jorge Campos yang merancang sendiri kostumnya yang
warna-warni, atau Rene Higuita dari Kolombia yang tampil eksentrik.
Tetapi untuk menentukan kiper terbaik
bukan hanya dilihat dari warna kostum, atau kemampuan menarik perhatian
para penonton. Kriteria utama tentunya prestasi yang diraih bersama
klub, penghargaan individual, dan juga kehebatan mencegah terjadinya
gol di gawang mereka.
Oleh sebab itu, Saya mencoba menulis
tentang kiper terbaik sepanjang masa bagi para pembaca. Agar adil, Saya
bagi dua pilihannya dari kiper yang telah pensiun, dan kiper yang
masih aktif bermain hingga saat ini.
Berikut adalah Daftar Kiper Terbaik Sepanjang Masa :
Dida (Brasil)
Setelah Claudio Taffarel, Dida menjadi
kiper baru asal Brasil yang diperhitungkan dalam dunia sepakbola. Hal
itu terbukti saat dirinya menjadi kiper pertama dari tim Samba yang
termasuk dalam kandidat peraih Ballon d’Or di tahun 2003 dan 2005.
Biarpun Dida telah memenangkan Piala
Dunia bersama Brasil, dan berbagai gelar domestik & internasional
bersama AC Milan, sayangnya ia juga dikenal akibat beberapa insiden
yang kurang baik. Yang terakhir adalah saat ia pura-pura jatuh dan
terluka saat disentuh oleh seorang suporter Glasgow Celtic di
pertandingan Liga Champions.
Dino Zoff (Italia)
Piala Dunia 1982 menjadi puncak prestasi Zoff. Di usianya yang ke-40, ia menjadi pemain tertua yang memenangkan Piala Dunia. Selain itu, ia juga menjadi kiper kedua yang menjadi kapten di tim yang juara, dan juga terpilih menjadi kiper terbaik.
Padahal di awal karirnya, ia sempat
ditolak oleh Inter Milan dan Juventus karena dianggap kurang tinggi. Di
jajak pendapat untuk mencari kiper terbaik di abad ke-20 yang
dilaksanakan oleh Federasi Internasional Statistik dan Sejarah
Sepakbola (IFFHS), Zoff berada di posisi ketiga di bawah Lev Yashin
(Uni Soviet) dan Gordon Banks (Inggris).
Edwin van der Sar (Belanda)
Saat van der Sar memblok tendangan Nicolas Anelka di final Liga Champions, ia benar-benar menjadi momok bagi pemain Chelsea saat adu penalti. Hal itu karena di ajang Community Shield sebelumnya, ia juga telah melakukan hal yang sama dengan menepis semua tendangan penalti yang dilakukan pemain The Blues.
Van der Sar menjadi pemain yang paling
banyak membela tim nasional Belanda dengan tampil sebanyak 128 kali dan
akhirnya pensiun setelah Euro 2008. Ia juga mencatatkan dirinya
sebagai kiper yang menjuarai Liga Champions bersama dua klub yang
berbeda, yaitu Ajax Amsterdam dan Manchester United.
Gianluigi Buffon (Italia)
Nilai transfer yang menjadikannya kiper termahal di dunia menjadi bukti kepiawaian Buffon (foto) menjaga gawang di lapangan hijau. Selain itu, sederet gelar individual yang diraihnya dari berbagai pihak juga menjadi jaminan atas kemampuannya.
Saat di Piala Dunia 2006, gawangnya tidak
tertembus satu gol pun selama 453 menit hingga akhirnya Azzurri
menjadi juara dan Buffon mendapatkan Lev Yashin Award sebagai kiper
terbaik selama turnamen tersebut.
Gordon Banks (Inggris)
Banks menjadi pilihan pertama manajer Inggris Sir Alf Ramsey saat Three Lions menjuarai Piala Dunia 1966. Namun, ia baru menjadi legenda di dunia sepakbola lewat tindakan yang dilakukannya empat tahun kemudian di Piala Dunia Meksiko.
Saat Inggris bertanding melawan Brasil,
Pele menanduk bola ke tiang jauh gawang Inggris sambil berteriak
“Gol!”. Hal itu dilakukannya karena ia sangat yakin Banks tidak dapat
menyelamatkan gawangnya.
Tetapi Banks yang berada dalam posisi
yang salah, berhasil melompat ke arah yang berlawanan dan menyentuh
bola tersebut dengan sebagian ibu jarinya hingga bola itu mental
melewati mistar gawang.
Sang kiper tahu ia dapat menyentuh bola,
namun berpikir bolanya masih melewati garis gawang. Ia baru sadar tidak
terjadi gol setelah mendengar sambutan dari penonton di stadion dan
diselamati oleh kapten Bobby Moore. Pele sendiri mengatakan kalau
penyelamatan yang dilakukan Banks tersebut adalah yang terhebat yang
pernah ia saksikan.
Iker Casillas (Spanyol)
Ia baru berusia 27 tahun, tetapi telah tampil lebih dari 300 kali bagi Real Madrid dan menjadi kiper kedua yang bermain paling banyak bagi tim nasional Spanyol setelah Andoni Zubizarreta. Saat Spanyol menjuarai Euro 2008, Casillas menjadi kiper pertama yang menjadi kapten di tim juara turnamen Eropa.
Walaupun ia baru bermain di tim senior
Madrid sejak 1999, ia kelihatannya selalu menjadi pilihan pertama Los
Merengues di bawah mistar. Di usianya yang ke-19, Casillas menjadi
kiper paling muda yang tampil di final Liga Champions saat Madrid
mengalahkan Valencis 3-0.
Lev Yashin (Uni Soviet)
Pemain legendaris ini merupakan kiper yang berada di urutan paling atas dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh IFFHS. Yashin terpilih berkat kemampuan atletisnya dan juga postur tubuhnya yang membuat gentar para pemain penyerang lawan.
Ia mendapat julukan Laba-Laba Hitam
karena selalu mengenakan kostum hitam dan juga karena keahliannya
menepis tembakan lawan seolah-olah membuatnya memiliki delapan tangan.
Pemakaian namanya oleh FIFA untuk
penghargaan bagi kiper terbaik di setiap Piala Dunia merupakan
pengakuan insan sepakbola dunia terhadap prestasinya.
Peter Schmeichel (Denmark)
Tinggi besar, rambut pirang, dan hidung merah. Tiga hal tersebut adalah hal yang selalu tampil di ingatan bila nama Schmeichel disebut. Namun bagi para striker yang menjadi lawan Manchester United dan tim nasional Denmark, The Great Dane itu menjadi tembok raksasa yang tak dapat ditembus.
Tingkat refleksnya yang mengagumkan bagi
orang seukuran dia, serta kemampuannya mengubah pertahanan menjadi
penyerangan langsung lewat lemparan jauhnya ke para penyerang, menjadi
salah satu alasan utama mengapa United menjadi tim yang mendominasi
Liga Primer Inggris di era 90an.
Petr Cech (Republik Ceko)
Ketika Chelsea menjadi juara Liga Primer selama dua kali berturut-turut, banyak pihak menganggap itu adalah akibat dari tangan dingin Jose Mourinho. Tetapi yang berada di bawah mistar The Blues adalah Cech, yang baru dibeli dari Rennes dan tadinya akan dijadikan cadangan Carlo Cudicini.
Saat Cech harus absen selama tiga bulan
akibat benturan dengan pemain Reading Stephen Hunt, Chelsea gagal
mempertahankan gelar Liga Primer. Insiden tersebut membuat Cech harus
mengenakan pelindung kepala hingga sekarang.
Cech menjadi kiper terbaik 2008 pilihan
UEFA, dan walaupun sempat membuat blunder di Euro 2008 saat melawan
Turki, ia tetap menjadi pilihan pertama di tim nasional Republik Ceko
dan juga Stamford Bridge.
Rinat Dasayev (Uni Soviet)
Bila tidak ada trio Belanda Ruud Gullit, Frank Rijkaard, dan Marco van Basten, bisa jadi tim Uni Soviet yang akan menjadi juara di Euro 1988. Dasayev tampil cemerlang selama berlangsungnya turnamen di Jerman, dan hanya Gullit dan tendangan volley van Basten yang mampu mematahkan perlawanan Soviet di final.
Dasayev yang dijuluki “Tirai Besi”
dianggap sebagai kiper terbaik kedua di Rusia setelah Yashin. Ia tampil
di tiga Piala Dunia dan bermain sebanyak 91 kali bagi tim nasional
Soviet hingga pensiun di tahun 1990.
Terakhir ia tampil di Luzhniki Stadium
saat final Liga Champions Mei lalu dengan membawa piala tersebut ke
lapangan. Hal itu berkaitan dengan tugasnya sebagai duta final itu di
Moskwa.
José Luis Chilavert (Paraguay)
José Luis Chilavert mungkin adalah
kiper profesional yang paling sering membuat gol. Terbukti dengan 67
gol yang sudah dibuatnya selama berkarir menjadi kiper. Pada tahun
1999, ia memecahkan sejarah dengan mencetak hat-trick pertama yang
dilakukan oleh kiper. Dia juga telah mendapat gelar kiper terbaik
tahhun 1995, 1997, dan 1998.
Claudio Taffarel (Brazil)
Claudio Taffarel dinobatkan sebagai
salah satu kiper terbaik sepanjang masa karena banyak gelar yang
dipersembahkannya kepada tim nasional Brazil. Dengan membawa Brazil
menang piala dunia 1994 dan membawa Brazil ke final pada 1998
(walaupun kalah 3-0 oleh Prancis di final) serta ia juga mengantarkan
Brazil juara Copa America pada tahun 1989 dan 1997. Selain itu dia
juga memiliki skill yang mumpuni sebagai kiper.
Jorge Campos
Lahir di Acapulco, Meksiko, Jorge Campos
(dijuluki El Brody atau Chiqui-Campos) adalah salah satu pemain yang
paling menghibur dalam sejarah sepak bola Meksiko dan Dunia, baik dari
segi kemampuan dan keeksentrikannya.
Meskipun berbadan pendek (163 cm) dan
kecil, ia memiliki reflek yang luar biasa, sampai pada tahun 1994 ia
dinobatkan sebagai kiper terbaik dunia. Hal ini merubah ikon kiper
dunia yang selalu identik dengan tubuh tinggi dan besar. Dengan segala
kekurangan dan kelebihannya, Campos menunjukkan pada dunia bahwa setiap
orang bisa menjadi kiper!!
Rene Higuita
Rene Higuita adalah seorang kiper dari
Kolombia , yang jika anda yang tahu PD 90 Italia pasti ingat ketika
bolanya direbut oleh Roger Milla (Kamerun, pernah main di pelita Jaya)
yang membuat Kolombia tersingkir. Dia saya masukan ke sini karena
menciptakan gaya tendang kalajengking, yang kalau digambarkan seperti
melompat ke depan lalu kaki dibengkokan melewati kepala dan menendang
bola dengan kedua tumit (kebayang Ngga?).
Selain tendangan kalajengking itu dia
dikenal dengan rambut awut-awutan dan suka maju ke depan ikut menyerang
membuat teamnya kalah secara tidak perlu.
Itulah para Kiper Terbaik versi Prista Fantasia, bagaimana dengan Pilihan kamu ? Silakan share disini jika kamu mempunya pilihan dan penilaian lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar